Ketika teman-teman saya mengejar pekerjaan di perusahaan
yang bagus dan bergengsi, saya justru tidak bersemangat melamar kerja.
Bukan karena saya tidak kompeten (fyi: IP 3.3, aktif organisasi, dan
TOEFL prediction 533), melainkan karna saya yakin, PASTI ADA cara lain untuk
mencari penghasilan, tanpa ngantor. “Pekerjaan” yang level kerja kerasnya
sama (atau bisa jadi lebih ringan), tapi dengan penghasilan berkali lipat
dibanding gaji kantoran.
Mungkin jawabannya adalah bisnis. Bisnis apa?
Saya gak ada pengetahuan berbisnis, juga gak tau apa yang bisa
di-bisnis-kan.
Saya lalu dipertemukan dengan dBCN. Pertama kali
memang hanya tertarik untuk membeli produk Oriflame, tapi begitu saya tau
sistemnya: website replika, autoresponder, sistem online, internet
marketing, saya yakin ini akan berhasil. Kenapa? Karena saya merasa gak
pinter ngomong, gak bisa jualan, down kalo ditolak, DAN internet adalah alat
yang tepat untuk “ketemu” banyak orang. Semuanya bisa dipelajari.
Lalu, mau ngga mau, saya terima juga 1 pekerjaan kantoran
yang saya anggap sementara. Toh dBCN pun masih bisa disambi, saking
fleksibelnya bisnis ini
Perlahan, kerja kantoran di siang hari
dan bisnis dBC di malam hari, gaji saya di dBCN-Oriflame semakin naik,
sementara gaji kantor saya segitu-segitu aja dari awal. Sampai pada titik
ini, saya beranikan resign dari kantor. Resign dari pekerjaan pertama
(dan semoga terakhir) saya setelah lulus kuliah, untuk lebih serius lagi
berbisnis di dBCN.
Saat ini saya di level Director dengan bonus 5jt-an perbulan
plus cash award 7 juta dan masih akan naik, naik, dan naik lagi..
Kenapa saya berani resign?
Karena saya tau, masa depan saya gak cuma butuh uang.
Gak cuma butuh nabung di rekening. Tapi juga nabung waktu.
Saya punya rencana-rencana masa depan (menikah, beli rumah sendiri, beli
mobil sendiri) dan juga ingin punya waktu untuk orangtua, suami (nantinya),
terutama: anak. Fenomena yg saya amati sekarang, banyak ibu muda tetep
kerja kantoran meninggalkan putra/putrinya, bukan karena ingin bekerja tapi
karena butuh, karena alasan ekonomi yang makin mendesak, dan gaji suami ngga
cukup. Coba lihat kiri-kanan, ada berapa yang kasusnya sama di lingkunganmu?
Lain lagi yang saya amati di dBCN, banyak ibu muda yang
berani resign dengan alasan bisa mengurus putra/putrinya namun bonusnya di dBCN
sudah mengalahkan nominal gaji kantorannya. Gak cuma itu, mereka punya
waktu lebih banyak untuk mereka sendiri, juga untuk keluarga.
Saya belum jadi seorang ibu, belum menikah juga. Tapi kalau
sudah banyak contoh sukses dan cerita dengan permasalahan yang kurang lebih
sama, kenapa harus menunggu sampai butuh?
Yuk, ambil alih kendali hidupmu dimasa depan nanti!
Annissa Sagita, 25th, Director
Tidak ada komentar:
Posting Komentar